Tere Liye Sindir PSI, Ingatkan Netizen Soal “Kebohongan Award” untuk Prabowo
Swarnaberita.com – Penulis populer Tere Liye kembali membuat sorotan publik lewat unggahannya di akun Facebook pribadinya. Dalam postingan terbarunya, penulis novel “Teruslah Bodoh Jangan Pintar” itu mengingatkan warganet agar tidak melupakan sikap politik tiga tokoh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang pernah memberikan “Kebohongan Award” kepada Presiden RI Prabowo Subianto pada Januari 2019.
“Karena netizen itu pelupa akut, maka saya sering repost hal-hal begini. Bahkan sudah terjadwal. Tujuannya bukan memprovokasi, bukan pula untuk marah-marah, melainkan supaya netizen paham. Politik itu sesederhana kepentingan berkuasa saja,” tulis Tere Liye.
Ia lalu menyinggung bagaimana pada 2019, sejumlah tokoh PSI menggelar konferensi pers lengkap dengan piagam, piala, dan liputan media untuk menyematkan “Kebohongan Award” kepada Prabowo. Saat itu, Prabowo disebut sebagai “tukang bohong” tanpa ampun.
“Namun hari ini, demi bergabung dengan kekuasaan, orang-orang itu dengan gagah perkasa justru memuja-muji Prabowo. Mereka menjilat kembali ludah yang pernah mereka keluarkan,” lanjut Tere Liye dengan nada sindiran tajam.
Lebih jauh, penulis berpenampilan sederhana itu juga mengkritisi kondisi ekonomi Indonesia selama satu dekade terakhir. Menurutnya, meski pertumbuhan ekonomi disebut meningkat, kenyataannya rakyat kecil justru menanggung beban hidup semakin berat.
“Tahniah rakyat Indonesia, 10 tahun terakhir, saat ekonomi tumbuh meroket, upah riil kalian justru nyaris tidak bergerak. Harga naik, kebutuhan hidup meningkat. Kalian memang kuat menanggung beban hidup. Sepuluh tahun berikutnya? Sepertinya akan sama saja. Gaji ASN tidak naik, upah buruh hanya naik secuil,” tegasnya.
Pernyataan Tere Liye ini seolah menjadi pengingat bahwa dunia politik kerap penuh dengan dinamika dan inkonsistensi. Apa yang dulu keras dikritik, bisa saja hari ini dipuji habis-habisan demi kepentingan kekuasaan. Sindiran ini juga menyoroti pentingnya konsistensi moral dalam berpolitik, bukan sekadar mengikuti arus demi posisi dan jabatan.
Selain itu, kritiknya terhadap kondisi ekonomi juga mencerminkan keresahan masyarakat luas. Walaupun indikator makro ekonomi menunjukkan pertumbuhan, rakyat kecil tetap harus berjibaku dengan stagnasi upah dan kenaikan harga kebutuhan pokok. Pesan Tere Liye ini bisa dibaca sebagai seruan agar rakyat tidak terlena dengan jargon-jargon pembangunan, melainkan tetap kritis terhadap realitas keseharian.