Guru PAI Jadi Garda Terdepan Cegah Kenakalan Siswa di SMP IT Al-Mumtaazah OKI
Ogan Komering Ilir, Swarnaberita.com – Fenomena kenakalan remaja masih menjadi tantangan serius di dunia pendidikan, termasuk di sekolah berbasis Islam. Hal itu terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Adella, Ahmad Sopian, dan Muhammad Roihan Alhadad dari Sekolah Tinggi Agama Islam Raudhatul Ulum (STAIRU) Sakatiga, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Penelitian ini telah dipublikasikan di Swarna Mulia Jurnal dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanggulangan Kenakalan Siswa Kelas VII SMP IT Al-Mumtaazah Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir.” penelitian ini menyoroti pentingnya peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga pembimbing, konselor, sekaligus teladan bagi peserta didik. Hasil riset menunjukkan bahwa guru PAI berperan strategis dalam membentuk akhlak, menanamkan nilai moral, dan membina karakter siswa, terutama di tengah derasnya pengaruh negatif dari lingkungan sekitar.
Bentuk Kenakalan Siswa
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, ditemukan sejumlah bentuk kenakalan siswa kelas VII SMP IT Al-Mumtaazah, mulai dari membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas, menyontek saat ujian, hingga perkelahian antar siswa. Beberapa perilaku tersebut dinilai masih tergolong kenakalan ringan, namun jika tidak segera ditangani dapat mengganggu iklim belajar.
Kepala Sekolah SMP IT Al-Mumtaazah, Lismarina, mengakui bahwa kasus keterlambatan, bolos, dan gangguan antarsiswa memang masih terjadi. “Meski demikian, pihak sekolah masih mampu menanganinya dengan langkah-langkah pembinaan,” ujarnya.
Guru PAI kelas VII, Echa Meisya Bella, menambahkan bahwa absensi siswa menjadi indikator penting. “Kelas VII paling banyak bolos dalam mata pelajaran PAI. Siswa yang tidak hadir tanpa keterangan dikenai sanksi berupa tugas tambahan,” jelasnya.
Faktor Penyebab
Peneliti telah berhasil mengidentifikasi dua faktor utama penyebab kenakalan siswa, yakni internal dan eksternal. Faktor internal meliputi ketidakstabilan emosi, krisis identitas remaja, serta lemahnya kontrol diri. Sementara faktor eksternal mencakup disharmoni keluarga (broken home), kondisi ekonomi, pengaruh teman sebaya, serta lingkungan masyarakat yang kurang kondusif.
Menurut peneliti, faktor keluarga memegang peran krusial. Anak yang kurang mendapat kasih sayang atau perhatian cenderung mencari pelarian di luar rumah dan mudah terpengaruh pergaulan negatif. Selain itu, kemajuan teknologi yang tidak dikontrol juga berkontribusi memperburuk perilaku siswa.
Peran Guru PAI
Dalam penelitian ini, guru PAI diposisikan sebagai figur multifungsi:
- Pendidik: menanamkan ajaran agama dan akhlak mulia.
- Konselor: menjadi tempat curhat siswa yang bermasalah.
- Pembimbing: menyusun kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah, dzikir, dan pengajian rutin.
- Teladan: menjadi role model dalam sikap, ucapan, dan perilaku.
“Selain sebagai pendidik, guru PAI juga berperan dalam menanggulangi kenakalan siswa melalui pendekatan personal serta kerjasama dengan wali kelas, guru BK, dan pihak sekolah,” kata Emilia, salah satu guru PAI yang diwawancarai oleh tim peneliti.
Strategi Penanggulangan
Penelitian ini juga menekankan tiga strategi utama guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa, yaitu:
- Preventif: mencegah kenakalan dengan menanamkan nilai agama dan disiplin sejak awal.
- Represif: memberikan sanksi mendidik ketika siswa melanggar aturan sekolah.
- Kuratif: melakukan pembinaan intensif kepada siswa yang sudah melakukan pelanggaran, bekerja sama dengan guru BK dan orang tua.
Upaya ini tidak bisa dilakukan guru seorang diri, melainkan memerlukan dukungan kepala sekolah, guru lain, orang tua, bahkan lingkungan masyarakat.
Penelitian menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam tidak sekadar pengajaran teori, tetapi juga proses internalisasi nilai yang bertujuan membentuk pribadi siswa yang religius, berakhlak, dan disiplin. Dengan kolaborasi semua pihak, kenakalan siswa dapat ditekan sehingga terbentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga unggul secara moral dan spiritual.